Percaya atau tidak kalau usaha beternak itik mampu mendatangkan hasil yang menggembirakan. Peluang bisnis ini bias dimulai secara kecil- kecilan. Orang bilang modal mini hasil maxi. Memang benar. Jika anda berkesempatan, coba datanglah ke daerah mojosari- mojokerto, hampir semua penduduk beternak itik dan mampu memperbaiki kondisi perekonomiannya. Dari itik- itiknya mereka mamp mengirim anaknya ke Jakarta, bandung, Malang, Jember, untuk kuliah disana.
Usaha ini sepintas memang tampak sepele tapi jika sudah ditekuni akan mendatangkan hasil yang menyenangkan. Kemungkinan gagal kecil sekali, justru kalau ditangani secara serius dan tekun, pasti mendatangkan keuntungan besar.Peternakan itik darat tak banyak memerlukan tenaga dan biaya. Bias juga dimulai dari tahap kecil-kecilan, bergantung dari dana yang ada. Mula- mula yang dipersiapkan adalah lahan pekarangan. Tidak perlu berhektar- hektar, cukup disebelah rumah dan dilengkapi pagar keliling setinggi setengah samapi dengan satu meter sudah cukup. Kandangnya? Sederhana saja, sudah mampu digunakan untuk peternakan. Membuka usaha beternak itik darat memang sebaiknya dimulai secara kecil-kecilan, lebih-lebih bagi pemula. Lebih lebih bagi pemula yang masih awam terhadap usaha ini. Dana lima ratus ribu rupiah sudah cukup banyak.
Pada tahap ini sifatnya melatih untuk mengenal sifat- sifat itik. Baru setelah anda sudah mahir, usaha boleh ditingkatkan lebih besar lagi. Saya mulai tertarik jenis usaha ini sekitar tahun 1992. kemudian tahun 1993 dengan modal yang hanya seratus ribu rupaiah saya menekuninya waktu itu harga seekor meri (anak itik umur sehari/DOD) Rp 1.000,- berarti dengan uang sebesar itu saya mendapatkan seratus DOD betina yang kemudian tumbuh menjadi itik petelor.Pekarangan sebelah rumah yang sempit saya manfaatkan sebagai pelataran (umbaran). Usia dua bulan sudah kelihatan sebagai itik dara (remaja). Rasa semangat untuk bekerja semakin menggebu gebu, oleh karena perawatan yang saya lakukan cukup hati- hati dan menerapkan teori yang sudah ada, maka seratus meri itu semuanya tumbuh sehat (tidak ada satupun yang mati).Tentang ransom yang saya berikan sifatnya hanya sambil lalu, artinya tidak dihitung sebagai modal. Dedak dan jagung serta sedikit konsentrat diberikan setiap hari.
Tidak terlalu banyak memerlukan uang untuk ransom ini karena hanya seratus ekor saja. Kandangnya cukup saya buat ala kadarnya, yang penting waktu malam hari bias terlindungi dari musang atau kalau musim penghujan tidak kedinginan.Orang- orang pada heran melihat cara ternak yang saya lakukan. Umumnya itik diternak dengan cara digembalakan ke sungai atau sawah- sawah yang sudah habis dipanen. Tapi cara intensif tidak demikian. Itik dikurung dalam pelataran tertentu dan hanya disediakan air dalam bak sekedar untuk minum saja.Ketika itik memasuki masa usia dewasa, terpaksa saya membuat kandang yang lebih besar dan luas. Untuk persiapan masa telurnya. Ransumnya juga perlu ditingkatkan. Genap usia enam bulan satu dua itik- itik itu mulai bertelur. Seisi keluarga menjadi gembira dan tentu saja semangat memelihara semakin ditingkatkan.
Dibulan ketujuh, itik itik bertelur secara merata dari seratus ekornya setiap pagi mendapatkan telur sebanyak delapan puluh butir. Menurut peternak professional, hasil telur tersebut sudahcukup memenuhi standart.Mengalami hal yang menggembirakan, maka timbul niat untuk mengembangkan usaha. Peningkatan usaha ini ialah menambah meri lagi sebanyak tiga ratus ekor, semuanya saya beli dari peternak mojosari.Mulai saat itu saya bersungguh- sungguh dalam mengatur manajemen. Ransom, obat dan pekarangan serta segala pengeluaran yang berkenaan dengan peternakan mulai saya kalkulasi.Hasil dari penjualan telur itik dewasa saya gunakan untuk membeli pakan buat tiga ratus meri. Sementara pekarangan saya kembangkan menjadi dua kali lipat luasnya. Kandangnyapun saya persiapkan sedemikian rupa, enam bulan berikutnya itik- itik tahap kedua itu sudah mulai bertelur, dan menyenangkan sekali…Orang- orang kampong saya menjadi tergiur melihat usaha budidaya itik darat yang saya lakukan.
Satu demi satu mengikuti jejak saya. Setelah memiliki empat ratus itik dewasa yang sudah produktif saya ingin mengembangkan usaha lebih besar lagi, pada awal musim kemarau saya memesan meri kepeternak mojosari sebanyak lima ratus ekor. Usaha ini berkembang terus hingga akhirnya saya memiliki hamper dua ribu itik produktif. Semenjak itu, saya mulai menyeleksi itik dewasa yang unggul. Dari hasil seleksi itu saya tangkar atau jodohkan dengan pejantan unggul. Telur- telurnya lalu saya tetaskan dengan menggunakan mesin tetas buatan sendiri. Mulai saat itu saya mendapatkan hasil ganda, yakni hasil dari penjualan telur itik dewasa dan dari penjualan meri/DOD. Dan tak sedikit orang yang dating dan membeli meri pada peternakansaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar